Ihkwanul Muslimin Akan Terus Rencanakan Plot Kekacauan Di Mesir – Tanah kubur Mubarak sebagai simbol kemenangan Mesir atas gerakan Islam radikal masih hangat. Tapi, Ikhwanul muslimin tidak mau menunggu “7 harian tahlil” selesai. Mereka akan terus membuat plot untuk menguasai Mesir kembali, setelah Sembilan tahun mereka menggulingkan pemerintah Mubarak, lalu memasukan orang mereka, Muhammad Mursi ke tampuk kekuasaan, untuk kemudian dibongkar kembali oleh militeris dibawah pimpinan Jendral As-Sissi. Tapi ikhwanul Muslimin menurut sumber di dalam mereka sendiri mengaku masih bekerja di belakang layar, dan akan terus menguasai Mesir seperti sebelumnya.
Kementerian Dalam Negeri Mesir sendiri sebelumnya mengumumkan pada 22 Januari lalu bahwa mereka telah mengerebek rumah aman Ikhwanul Muslimin dan menggagalkan suatu plot untuk kembali kobarkan rusuh di 25 Januari, peringatan revolusi Mesir 2011 yang menggulingkan Presiden Hosni Mubarak, dan telah menyebarkan chaos ke seluruh tanah arab, hingga saat ini sisa nya masih terjadi di Suriah dan Irak.
Menurut Egypt Independent, pernyataan Kementerian Dalam Negeri mengatakan mereka telah “memantau persiapan para pemimpin organisasi Ikhwanul Muslimin di Turki untuk sebuah rencana untuk merusak keamanan dan stabilitas, menyebarkan kekacauan di Mesir, dan menghancurkan keuntungan ekonomi (negara) selama peringatan hari jadi. 25 Januari. “
Polisi menyebut bahwa Ikhwan memiliki amunisi, kamera, komputer, drone, senjata otomatis, senapan serbu, RPG, pisau, topeng dan ponsel yang penuh jaringan satelit stasiun televisi yang menyiarkan aksi Ikhwan, plus situs web yang dikerjakan untuk membangunkan semua sel tidur di seluruh negeri, atau merekrut sekian banyak orang agar Mesir kian kacau. Kekacauan Mesir akan menguntungkan mereka, karena kekuatan massa yang mau di ajak turun oleh egrakan ini ke jalan sangat besar. Sementara mayoritas rakyat Mesir lain, apolitis dan tidak peduli akan dinamika negara.
Tidak ada kekuatan jalanan yang sebesar mereka di Afrika Utara. Kekuatan mereka hanya bisa ditandingi oleh Ikhwan di Turki yang kini menguasai pemerintahan lewat Erdogan, atau Ikhwan di Indonesia [Partai Keadilan Sejahtera] yang masih belum menemukan momentum berkuasa. Partai Mesir lainnya walau selalu berkuasa dari pemilu ke pemilu tidak memiliki pengaruh untuk membuat orang turun ke jalan. Relasi politik antara partai yang berkuasa dengan massa pendukungnya selama ini hanya dalam urusan kebijakan sosial, tidak menyentuh ranah ruhani atau ideologis.
Oleh karena itulah, massa partai sekuler yang berkuasa selalu kalah penampilan dibandingkan Ikhwanul Muslimin. Massa partai sekuler hanya senang menonton politik pada saat pemerintah merencanakan subsidi, atau membicarakan hal-hal ekonomi penting lainnya. Hal ini juga memperlihatkan seolah dukungan pada Ikhwan sangat besar, padahal dalam realitanya, jumlah pendukung mereka yang mau “diajak mati” tidak pernah mencapai kondisi dua digit.
Pada saat isis pertama kali ingin menguasai Mesir dari Mursi dan Ikhwan, ada pemandangan kontras, dibeberapa kota di mana kerusuhan oleh pendukung Ikhwan vs militer terjadi, di pantai Alexandria masyarakat yang lagi iburan, tidak peduli kerusuhan di kota-kota atau bagian Kairo yang membuat asap membumbung terlihat dari pantai tersebut. Menurut pengakuan seorang pengunjung pantai yang diwawancari media, mereka tidak mau kembali terlibat kebodohan politik, mengorbankan nyawa hanya untuk menaikan seseorang yang tidak dikenal berkuasa. Yang mereka butuhkan dari pemerintah adalah pemimpin yang stabil, fokus pada ekonomi, dan bukan ideologi. Bagi mereka, era ideologi telah berakhir sejak blok komunis runtuh.