Kekhalifahan ala Ihkwanul Muslimin, Momok Yang Ditakuti Pemimpin Arab – Presiden As-Sisi dari Mesir, pangeran Salman Arab Saudi, dan Syaikh pemimpin Uni Emirat Arab khawatir akan teror ideologi Ikhwanul Muslimin akan kembali naik ke tampuk kekuasaan melalui pemilihan legal. Hanya untuk membuat kebijakan yang berbenturan dengan semangat pemisahan urusan agama dan negara saat negara didirikan. Oleh karena itulah ketiga pemerintahan itu telah menindak para Islamis dan mendesak negara lain di Timur Tengah mendukung mereka untuk melakukan hal yang sama.
Mereka berargumen bahwa ideologi Islam Ikhwanul Muslimin adalah ancaman laten dan permanen bagi gagasan negara-bangsa dan dengan demikian menjadi ancaman bagi stabilitas kawasan Timur Tengah yang sedang mati-matian mengejar ketertinggalan ekonomi dan teknologi dari bagian lain di dunia. Mereka juga berpendapat bahwa Ikhwanul Muslimin dan Al Qaeda pada dasarnya adalah bagian dari gerakan yang sama karena kedua masyarakat itu membayangkan kekhalifahan yang didasarkan pada Islam.
Tapi apakah Ikhwanul Muslimin yang lahir pertama kali di Mesir itu lembaga teroris? Jawabannya rumit, para ahli yang mengamati Ikhwanul secara kritis sepakat bahwa di beberapa bagian, organisasi itu tidak memenuhi kriteria untuk disebut kelompok teroris. Tapi, ada kecenderungan ke arah sana, jika mereka membangun kelompok paramiliter, atau melatih anggota-anggotanya untuk “berlatih perang” tanpa bimbingan militer negara. Pertanyaanya apakah mereka melakukan itu di negara di mana mereka terlibat dalam demokrasi dan dimana negara demokrasi tersebut juga melarangan keras permainan yang ada di situs judi online? DI Indonesia? Malaysia? Turki? Suriah? Yordania? Palestina? Mesir? Libya? Pakistan?
Untuk kasus Mesir berbeda, sejak pengambilalihan militer pemerintah Mesir pada 2013, beberapa anggota Ikhwan telah memutuskan untuk membentuk organisasi militer yang ingin memerangi pemerintah yang didukung militer. Dua dari kelompok itu, Hasm dan Liwa al-Thawra, telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Amerika Serikat.
Sementara gerakan Islam garis keras Palestina, Hamas, misalnya merupakan cabang dari Ikhwanul Muslimin. Hamas telah melakukan penculikan, pemboman bunuh diri dan serangan roket terhadap sasaran sipil, yang dianggap Ikhwanul Muslim sebagai perlawanan terhadap pendudukan Israel. Amerika Serikat sendiri telah menunjuk Hamas sebagai organisasi teroris.
Di luar itu, banyak afiliasi Ikhwan di seluruh dunia beroperasi secara independen, di Indonesia mereka identik dengan Partai Keadilan Sejahtera, anggotanya mengakrabi ritual karya pendiri Ikhwan, Hassan Al Banna seperti Al Matsurat, belum ada kecenderungan militeris seperti di Mesir, Suriah, dan Palestina.
Apakah Ikhwanul Muslimin terkait dengan kelompok-kelompok seperti Al Qaeda? Kaitannya ada, bisa dibilang Ikhwan adalah stepping stone, batu pijakan dari kurang galak ke sangat galak seperti Al Qaida. Mereka yang tidak sabaran dan frustrasi dengan gaya antikekerasan Ikhwanul Muslimin akan menyatakan keluar dari kelompok itu, untuk masuk organisasi yang lebih militan secara ideologis seperti Hizbut Tahrir, atau militan dalam aksi kekerasan seperti Al Qaeda.
Ayman al-Zawahiri, yang sekarang memimpin Al Qaeda, adalah mantan anggota Ikhwan Mesir. Dia pernah menulis risalah berjudul “The Bitter Harvest” yang mengecam aksi non-kekerasan Ikhwan yang disebutnya perjuangan yang bertele-tele, dan Ikhwanul Muslimin Mesir gantian secara konsisten dan berulang kali mengecam Al Qaeda.
Apakah Ikhwanul Muslimin mendukung demokrasi? Jawabannya ya. Melalui jalan demokrasi mereka ingin menunjukkan bahwa negara demokratis cocok diterapkan di dunia Islam. Pemerintahan kekhalifahan tunggal justru akan membawa bencana perselisihan, oleh karena itulah, pemimpin Islam harus berkuasa di negeri masing-masing, lalu mengikat persaudaraan dan kerjasama sebagai sesama ikhwanul muslimin.